Toxic Positivity: “It’s Okay Not to Be Positive Sometimes”

Puan Bisa
2 min readJul 7, 2021

--

“Bersyukurlah kamu, masih banyak orang yang lebih terpuruk dari kamu,”

Puan, apakah pernah menerima kalimat di atas dari orang-orang di sekitar Puan? atau jangan-jangan kalimat di atas sering Puan ucapkan kepada diri sendiri?

Kalimat di atas sepertinya sudah tidak asing diucapkan ketika kita berada di kondisi yang sedang tidak baik-baik saja, alih-alih menyemangati diri sendiri terkadang kita justru mengabaikan emosi negatif yang sedang kita rasakan. Ini dinamakan pula Toxic Positivity, sifat positif yang justru menjadi racun.

Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang kita perlu menyemangati diri kita atau orang lain ketika sedang merasa tidak baik-baik saja. Namun, perlu diperhatikan ketika ucapan semangat disuapkan secara paksa kepada seseorang atau diri sendiri yang sedang tidak ingin mendengar kata semangat justru akan memberikan dampak negatif pada diri orang tersebut atau pada diri kita sendiri (Chiu, 2020).

Melalui artikelnya di CNN, Smith (2020) mengutip Jamie Long, psikolog klinis asal Amerika Serikat berargumen bahwa “perasaan tidak baik-baik saja” pun merupakan suatu bagian dari pengalaman otentik. Ketika kehidupan hanya dilihat dari satu lensa saja, yakni lensa positif — dengan meyakini bahwa kita kuat, kita sanggup melalui semua tantangan dan hal serupa lainnya justru akan menjadikan pengalaman otentik tersebut terabaikan. Tak hanya terabaikan, suatu saat kita menjadi bersalah karena merasa tidak baik-baik saja. Meyakini bahwa kelelahan fisik ataupun mental adalah sesuatu yang tidak boleh diperlihatkan.

Puan, ingatlah bahwa perasaan tidak baik-baik saja merupakan hal yang normal di kala kehidupan sekarang. Apalagi di kala pandemi saat ini, mulai dari kehilangan pekerjaan hingga kehilangan orang-orang yang kita sayangi, membuat diri kita harus siap dengan segala hal. Namun, alih-alih membangun benteng yang kuat jangan lupakan emosi negatif yang ada di diri kita, validasi emosi tersebut dan jangan tutupi dengan kata penyemangat yang justru menjebak kita untuk harus selalu merasa kuat.

REFERENSI:

Chiu, A. (2020). Time to ditch ‘toxic positivity,’ experts say: ‘It’s okay not to be okay. The Washington Post, 19 Agustus

Smith, J.R. (2020). When does a good attitude become toxic positivity. CNN, 17 September

Soerjoatmodjo, G. (2021). Manakala Positif Justru Negatif. Retrieved 6 July 2021, from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/726-manakala-positif-justru-negatif

Author:

Namratul Ulya F

--

--

Puan Bisa
Puan Bisa

Written by Puan Bisa

Komunitas perempuan muda yang mendukung pengembangan karir, self-improvement, dan mental health. #MariBerkembangBersama

Responses (1)