Hati-hati Compulsive Buying Disorder, adiksi shopping yang berlebihan!

Puan Bisa
3 min readSep 9, 2021

--

Puan, siapa yang di sini gemar banget beli barang-barang baik melalui online store maupun offline store? Kalau Puan, prefer beli di hari biasa atau pada saat ada diskon di event-event tertentu, nih? misal kayak 9.9, Harbolnas atau event lainnya. Tergiur banget enggak sih ngeliat harga-harganya yang miring? belum lagi ngedapetin suatu produk yang harganya drastis banget!

Emang sih belanja itu menyenangkan apalagi kalau sedang diskonan, bisa dihitung-hitung sebagai penghematan. Namun, alih-alih menghemat uang eh tak jarang loh beberapa orang malah jadi kalap dan keitung boros juga pada akhirnya! Kalau sekali-kali sih enggak apa-apa ya Puan, tapi kalau polanya berulang terus menerus dan menjadi suatu adiksi, ternyata hal tersebut bisa dicirikan sebagai salah satu penyakit mental loh, Puan! disebut pula sebagai Compulsive Buying Disorder (CBD).

Compulsive Buying Disorder atau CBD merupakan perilaku berbelanja yang tidak normal dimana perilaku tersebut berulang, tidak terkontrol serta memiliki dorongan kuat untuk berbelanja, korban biasanya menganggap hal tersebut sebagai cara untuk menghilangkan perasaan negatif seperti stress dan kecemasan (Edwards, 1993). Dikutip dari CESI Solutions, para ahli mengakui bahwa penyebab dari pelaku tersebut berasa dari rasa sakit emosional sehingga korban melakukan hal tersebut untuk mengurangi rasa sakit yang ada.

Menurut Heshmat (2018) terdapat 5 pola yang terjadi pada individu yang mengalami CBD:

  1. Impulse purchase
    Pada pola ini biasanya individu dapat menjadi seorang penimbun barang dikarenakan ia akan terus berbelanja tanpa disadari bahwa masih banyak barang yang belum ia pakai atau gunakan sama sekali. Individu cenderung melakukan pembelian barang secara impulsif.
  2. Buyers High
    Individu akan merasa gembira yang berlebihan ketika ia sedang menimang-nimang dan membeli barang, bukan pada saat ia memiliki barang tersebut.
  3. Shopping to dampen unpleasant emotions
    Tujuan dari pembelian barang secara impulsif adalah untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan seperti kecemasan atau hal lainnya.
  4. Guilt and remorse
    Di pola ini, individu akan merasa bersalah dan menyesal. Namun akan timbul rasa untuk melakukan “perbaikan” yang tidak lain tidak bukan adalah dengan membeli suatu jenis barang yang lain.
  5. The pain of paying
    Individu yang memiliki kebiasaan seperti ini biasanya lebih menjadi cashless person alias bergantung pada kartu kredit dibandingkan dengan uang tunai, karena korban menganggap membayar dengan uang tunai adalah suatu hal yang lebih menyakitkan dibandingkan dengan membayar menggunakan kartu kredit (Ariely & Kreisler dalam Heshmat, 2018)

Ada beberapa konsekuensi dari pembelian yang impulsif yang dipaparkan oleh Retno, dalam Agung, 2014:

  1. Konsekuensi jangka pendek bersifat positif, meliputi mengurangi stress, meningkatkan konsep diri dan meningkatkan hubungan interpersonal
  2. Konsekuensi jangka panjang bersifat negatif, meningkatkan tunggakan kartu kredit, keadaan ekonomi dan psikologi yang terganggu, tidak adanya tabungan, munculnya konflik interpersonal dan lainnya.

Nah, setelah membaca penjelasan di atas. Sebelum menjadi suatu adiksi dan candu, alangkah baiknya bagi Puan yang gemar membeli barang baik secara online maupun offline untuk pandai-pandai mengatur keinginannya. Namun, bagi kamu yang merasa sudah terjebak dalam CBD, Puan dapat mengkonsultasikannya dengan para ahli demi menghindari konsekuensi jangka panjang yang dipaparkan tadi.

Author: Namratul Ulya

REFERENSI:

--

--

Puan Bisa
Puan Bisa

Written by Puan Bisa

Komunitas perempuan muda yang mendukung pengembangan karir, self-improvement, dan mental health. #MariBerkembangBersama

No responses yet