Self Destructive, Perilaku Melukai Diri Sendiri Berkedok Pengalihan Emosi.

Puan Bisa
3 min readSep 4, 2021

--

Photo by Georgina Vigliecca on Unsplash

Puan, apakah kamu pernah melukai dirimu baik sengaja atau tidak? Mungkin, mencelakai diri secara tidak sengaja, sudah hampir dialami oleh masing-masing Puan ya? seperti tidak sengaja tersenggol batu, kepentok pintu atau lainnya. Namun, bagaimana dengan kebiasaan melukai diri secara sengaja? Kebiasaan tersebut bisa saja disebut sebagai self destructive.

Self destructive menurut Freud, Keliat (1991: 4) adalah tindakan agresif yang secara langsing dilakukan kepada diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respon maladaptif yaitu ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis, kehilangan, ragu-ragu sedih dan depresi. Perilaku ini bisa saja merupakan coping mechanism yang biasanya tidak disadari oleh beberapa orang.

Edwin Shneidman (dalam Videbeck, 2008: 432) membagi pembagian self destructive menjadi dua golongan yakni;

Photo by Noah Buscher on Unsplash
  1. Merusak diri (self destructive) langsung, yaitu tindakan yang disadari dan sengaja untuk mengakhiri hidup seperti: menusuk diri, menggantung diri, menembak diri sendiri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri atau sufokasi.
  2. Merusak diri (self destructive) tidak langsung, yaitu keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati yang ditandai dengan perilaku kronis berrisiko seperti penyalahgunaan obat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidakpatuhan terhadap program medis atau olahraga atau pekerjaan yang membahayakan.

Tahukan Puan, kebiasaan melukai diri bisa saja berasal dari beberapa gangguan kesehatan mental seperti;

1. Gangguan Kecemasan

Mereka yang memiliki gangguan ini biasanya ditandai dengan rasa takut, khawatir hingga tertekan, bahkan gangguan ini menjadikan orang yang terkena sering mencemaskan sesuatu yang belum terjadi. Ini terjadi karena pemikiran negatif mereka yang sering mengelabui diri sendiri.

2. Depresi

Saat seseorang mengalami kesedihan yang luar biasa sehingga hilangnya minat pada hal apapun seperti makan, beraktivitas bahkan hobi yang mereka gemari.

3. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Keadaan di mana seseorang mengalami trauma yang cukup besar mengenai kejadian sesuatu yang cukup tragis. Diperlukan waktu yang lama untuk menghilangkan trauma tersebut karena tidak mudah berdamai dengan masa lalu bagi korban.

Dilansir dari pyschologytoday, Jika Puan dilahirkan dengan kecenderungan untuk merasakan emosi yang kuat dan Puan secara rutin berada dalam situasi yang akan menyakitkan secara emosional bagi siapa pun, maka rasa sakit itu mungkin mulai terasa tak tertahankan di waktu-waktu tertentu.

Kemungkinan besar bahwa Puan akhirnya mencoba untuk “mematikan” rasa sakit. Pada awalnya Puan mungkin berkata pada diri sendiri: “Saya hanya akan mencoba untuk tidak merasakannya” atau “Saya tidak akan memikirkannya.” Namun seiring waktu, Puan mungkin merasa membutuhkan bantuan tambahan untuk mematikan emosi yang menyakitkan.

Biasanya, mereka yang membutuhkan “bantuan tambahan” untuk menghiraukan emosi yang menyakitkan akan melukai dirinya sendiri sebagai “bantuan” untuk diri mereka. Karena merasa emosi yang tidak dapat tertahankan, mereka cenderung melukai diri sendiri untuk mengalihkan perasaan negatif tersebut.

Puan, bagi kamu yang sedang struggle dengan kondisi ini, percayalah pelarian dengan melukai diri sendiri mungkin bisa ‘menenangkan’ atau mengalihkan emosi yang kamu miliki. Namun, hal tersebut tentunya tidak menyelesaikan masalah, datanglah ke profesional dan mintalah pertolongan, cause you matters!:)

Author:

Namratul Ulya

--

--

Puan Bisa
Puan Bisa

Written by Puan Bisa

Komunitas perempuan muda yang mendukung pengembangan karir, self-improvement, dan mental health. #MariBerkembangBersama

No responses yet