Kisah Billy Mambrasar, Staf Presiden Yang Berhasil Mengatasi FOMO
Sindrom FOMO memang banyak dijumpai pada anak-anak muda, terlebih lagi zaman yang serba digital seperti sekarang ini, mau tidak mau memang kita tidak lepas dari media sosial ya, Puan.
Kalau Puan sudah baca artikel sebelumnya mengenai FOMO, kali ini kami ingin membahas seseorang yang berhasil keluar dari sindrom FOMO. Wahh keren banget ya kok bisa?
Mungkin bagi kamu untuk keluar dari hal seperti ini agak sulit. “Aku bisa gak ya?” Jawabannya tentu saja bisa, Puan! Namun, sesuatu hal itu memang membutuhkan proses, seperti yang dilalui oleh salah seorang Staf Khusus Presiden yang berhasil keluar dari sindrom FOMO yaitu, Billy Mambrasar.
Billy Mambrasar membagikan ceritanya mengenai bagaimana caranya ia keluar dari sindrom FOMO. Dalam video YouTube-nya yang berdurasi 8 menit. Billy menceritakan bahwa pada tahun 2018–2019 ia sudah sering pergi ke psikiater karena kondisi mentalnya menurun dan telah didiagnosis sebagai depresi berat, terlebih lagi kondisinya semakin memburuk ketika ia membuka media sosial dan melihat teman-temannya yang hidupnya lebih bahagia, kemudian ia merasa hidupnya berjalan sangat lambat karena belum bisa mencapai kesuksesan seperti orang lain.
Tak hanya itu, ia juga menjadi lebih sering membandingkan kehidupannya dengan orang lain dan merasa bahwa kehidupan orang lain lebih baik daripada hidupnya. Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dengan melakukan kegiatan yang terlepas dari media sosial seperti lebih banyak berkumpul dan bercanda bersama keluarga, bermain bersama keponakannya, membaca buku, dan banyak menulis yang ternyata hal tersebut secara tidak langsung mengalihkan ia dari handphone khususnya media sosial.
Dalam video tersebut, Billy juga mengatakan bahwa dengan meminimalisir penggunaan media sosial lebih membuatnya merasakan kebahagian dan ikhlas atas semua hal yang sudah ia capai dan tidak lagi membandingkan dirinya dengan hidup orang lain. Tak hanya itu, ia juga merasa, dalam menggunakan media sosial kita tidak perlu berlebihan dan gunakan waktu berhargamu untuk hal yang lebih positif dan produktif dibanding kamu harus terus men-scroll media sosial, karena hal tersebut dapat membuat kamu tidak akan pernah merasa puas dengan semua pencapaian yang sudah kamu raih, Puan. Jadi, sebaiknya kita memang harus fokus pada diri sendiri saja dan tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain.
Nah, untuk kamu yang sedang berusaha keluar dari sindrom FOMO atau sedang mencoba mengurangi penggunaan media sosial secara berlebih, bila memang tidak bisa mengatasinya sendiri kamu boleh banget minta tolong ke ahlinya ya Puan, seperti berbicara dengan psikolog atau bahkan psikiater. Semoga kamu, kita, dan semua orang tidak lagi terjebak dalam sindrom FOMO ya!
REFERENSI:
Author:
Yuri Giantini