Mengenal Spiral of Silence Theory, Jadi Minoritas Jarang Didengar

Puan Bisa
2 min readAug 19, 2021

--

source: google

Spiral of Silence Theory atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan?

Teori spiral keheningan atau spiral of silence theory ini pertama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle Neumann (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas.

source: kumparan.com

Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat.

Melihat perilaku masyarakat Indonesia yang lebih menerima pendapat dominan dan akan memandang aneh ketika pendapat minoritas muncul, semakin membuat minoritas malas atau tidak mau ambil pusing dan berakhir hanya memperhatikan dan berdiam saja.

Dalam contoh sehari-hari yang ditemui, misalnya ketika kamu dan teman-teman merencanakan pergi untuk ke taman hiburan dan excited untuk menaiki wahana ekstrim. Namun ada satu teman mu berdiam saja, yang ternyata takut dengan wahana ekstrim dan ia memilih untuk tidak mengungkapkan pendapatnya hanya karena ia takut terisolasi oleh teman di sekelilingnya yang tidak sependapat dengannya.

Dikutip dari pakarkomunikasi.com, pada dasarnya teori spiral keheningan ini muncul karena adanya pengucilan terhadap kaum minoritas. Littlejohn (1996) menyampaikan bahwa Neumann mengatakan “Mengikuti arus memang relatif menyenangkan, tapi itu pun bila mungkin, karena kamu tidak bersedia menerima apa yang tampak sebagai pendapat yang diterima umum, paling tidak kamu dapat berdiam diri, supaya orang lain dapat menerima mu.”

Teori ini ada untuk melihat gambaran bahwa minoritas akan merasa pendapat mereka telah dibatasi dan enggan menyampaikannya dan orang yang memiliki pendapat minoritas, karena suara pendapat mayoritas akan selalu dapat diterima di masyarakat.

Author:

Yuri Giantini

--

--

Puan Bisa
Puan Bisa

Written by Puan Bisa

Komunitas perempuan muda yang mendukung pengembangan karir, self-improvement, dan mental health. #MariBerkembangBersama

Responses (1)